Beranda | Artikel
Mukmin VS Kafir - Tafsir Al-Quran Surat As-Sajdah (Ustadz Maududi Abdullah, Lc. dan Ustadz Abuz Zubair Hawary, Lc.)
Sabtu, 27 Januari 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Maududi Abdullah

Mukmin VS Kafir – Tafsir Al-Qur’an Surat As-Sajdah adalah ceramah agama Islam oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc. dan Ustadz Abuz Zubair Hawary, Lc.

Mukmin VS Kafir – Tafsir Al-Qur’an Surat As-Sajdah

Surat ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim biasa dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap shalat subuh dihari jum’at. Kenapa beliau lakukan itu? Para ulama menjelaskan. Beliau sengaja membaca surat As-Sajdah dan pasangannya yaitu surat Al-Insan karena salah satunya surat As-Sajdah dan Al-Insan bercerita tentang penciptaan manusia juga bercerita tentang hari kiamat. Perjalanan hidup manusia dari mulai tidak ada, kemudian diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kemudian perjalanan hidupnya lalu terpisah menjadi mukmin dan kafir kemudian bagaimana mereka kelak diakhirat. Kandungan kedua surat itu yang sangat dalam, sesuai dengan keutamaan hari jum’at yang merupakan sayyidul ayyam. Pada hari itu diciptakan Adam, pada hari itu juga terjadinya hari kiamat.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: «كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الجُمُعَةِ فِي صَلاَةِ الفَجْرِ الم تَنْزِيلُ السَّجْدَةَ، وَهَلْ أَتَى عَلَى الإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata, “Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Jum’at dalam shalat Fajar (Shubuh) biasa membaca Alif  Lam Mim Tanzil as-Sajdah dan Hal ata ‘alal insani hinum minad dahri“. (HR. Al-Bukhari)

Allah subhanahu wa ta’ala memulai surat As-Sajdah yang terdiri dari 30 ayat ini dengan:

الم ﴿١﴾

Yang disebut oleh para ulama dengan huruf Muqatha’ah. Terdapat beberapa pendapat ulama tentang makna dari hufur Muqatha’ah. Syaikh As-Sa’di rahimahullahu ta’ala menjelaskan bahwa hanya Allah subhanahu wa ta’ala yang mengetahui hakikat maknanya. Namun kita yakin Allah subhanahu wa ta’ala menurunkannya tidak karena sia-sia. Pasti dengan ilmuNya dan juga dengan hikmah yang diinginkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagian ulama lainnya seperti Ibnu Atsur, Imam Ibnu Katsir dan yang lainnya menjelaskan dalam tafsirnya. Bahwa Allah subhanahu wa ta’ala sengaja menurunkan atau membuka beberapa suratNya dengan huruf-huruf ini sebagai bentuk kemukjizatan Al-Qur’an untuk menantang orang-orang musyrikin yang ketika itu mereka ahli dalam bahasa arab. Mereka bisa merangkai kata-kata yang indah. Lalu Allah menurunkan Al-Qur’an dengan bahasa arab, dengan huruf yang sama seperti yang mereka pakai. Allah menantang mereka untuk mendatangkan satu atau tiga huruf yang semisal dengannya. Ini tantangan bagi mereka, agar mereka tahu bahwa Al-Qur’an datang dari Allah subhanahu wa ta’ala dan bukan dibuat-buat oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu jika kita buka surat-surat yang dimulai dengan huruf Muqatha’ah ini, maka ayat sesudahnya kita dapati penegasan tentang kebenaran Al-Qur’an ini.

Ayat selanjutnya:

تَنزِيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِن رَّبِّ الْعَالَمِينَ ﴿٢﴾

Turunnya Al-Quran yang tidak ada keraguan di dalamnya, (adalah) dari Tuhan semesta alam.” (QS. As-Sajdah [32]: 2)

Bahwa Al-Qur’an, tidak ada kesalahan didalamnya dari hadapan maupun dari belakangnya. Syaikh Ahmad bin Muhammad Syakir rahimahullahu ta’ala, menemukan Imam Syafi’i keliru dalam menuliskan atau membawakan ayat pada kitabnya yaitu Ar-Risalah (kitab pertama dalam ilmu ushul fiqih yang dibukukan). Syaikh Ahmad Syakir membuat catatan dan memang Allah hanya menghendaki kitabNya saja yang tidak ada kekeliruan padanya. Adapun selain dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang juga merupakan wahyu yang dijaga oleh Allah subhanahu wa ta’ala pasti tidak lepas dari salah. Oleh karena itu merugi orang yang taqlid buta dan fanatik terhadap gurunya. Padalah Imam Malik, gurunya Imam Syafi’i rahimahullahu ta’ala berkata seraya menunjuk kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “setiap orang bisa diambil pendapatnya bisa juga ditolak. Siapapun orangnya kecuali pemilik kuburan ini”. 

Dari sini jelaslah kita dapati mereka melarang murid dan pengikutnya untuk taqlid kepada mereka. Imam Syafi’i mengatakan sebagaimana dinukilkan oleh murid-muridnya,

إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ قَوْلِي

Jika terdapat hadits yang shahih, maka lemparlah pendapatku ke dinding. Jika engkau melihat hujjah diletakkan di atas jalan, maka itulah pendapatku.”

Beliau mengajarkan kepada kita bagaimana cara beragama yang sebenarnya. Bahwa yang wajib kita pegang teguh dan tidak boleh kita lepaskan adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun selain dari pada itu, maka terikat dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Yang sesuai dan sejalan berada dalam koridor Al-Qur’an kita terima, yang menyelisihi kita tolak pendapatnya dengan tetap menghormati.

Simak dan download mp3 ceramah agama: Mukmin VS Kafir – Tafsir Al-Qur’an Surat As-Sajdah



Artikel asli: https://www.radiorodja.com/29928-mukmin-vs-kafir-tafsir-al-quran-surat-sajdah-ustadz-maududi-abdullah-lc-dan-ustadz-abuz-zubair-hawary-lc/